EFEKTIVITAS MODEL INTEGRASI SENAM NIFAS “OTARIA” DAN PENDAMPINGAN CAREGIVER TERHADAP PENURUNAN TFU IBU POSTPARTUM
Berdasarkan laporan world bank (2017), di Indonesia ada empat ibu yang meninggal dalam sehari atau satu ibu meninggal setiap enam jam akibat melahirkan. Berdasarkan hasil evaluasi Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015, kasus kematian ibu di Indonesia masih pada posisi 305 per 100.000 kelahiran hidup (KH), padahal target yang dicanangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah 102 per 100.000 KH. Program tersebut masih belum terlaksana dengan baik sehingga saat ini program dilanjutkan melalui Sustainable Developments Goals (SDGs) dengan target mengurangi angka kematian Ibu (AKI) hingga di bawah 70 per 100.000 KH pada tahun 2030 (USAID dalam evidence summit, 2018). Menurut data SDKI, AKI sudah mengalami penurunan sejak tahun 2002 yaitu sebesar 307 per 100.000 KH, dan pada tahun 2008 sebesar 228 per 100.000 KH, namun AKI meningkat kembali pada tahun 2012 menjadi sebesar 359 per 100.000 KH (Direktorat Kesehatan Keluarga, 2016). Laporan Rutin Program Kesehatan Ibu Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 menyebutkan, penyebab kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan yaitu 32%, hipertensi dalam kehamilan 25%, diikuti oleh infeksi 5%, partus lama 5% dan abortus 1%. Selain penyebab obstetrik, kematian ibu juga disebabkan oleh penyebab non obstetrik sebesar 32% (Kemenkes RI, 2014).
Perdarahan pada ibu postpartum atau ibu nifas dapat membahayakan baik bagi ibu maupun janin. Perdarahan pada ibu postpartum yang berasal dari tempat melekatnya plasenta, robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya sering dijumpai kehilangan darah yang banyak sehingga menjadi penyebab utama kematian ibu. Salah satu penyebab terjadinya perdarahan tersebut adalah atonia uteri atau uterus yang tidak dapat berkontraksi dengan baik pada 24 jam pertama setelah bayi lahir (Rifatul, 2011).
Kata kunci : efektivitas, model integrasi, senam nifas, otaria